Aprie Saputera

Jumat, 28 September 2012

BINGUNG

aku pernah sampaikan pada titiki titik air hujan
mengenai sebuah pemikiran dan perasaan
mengenai cinta, mengenai hasrat, dan mengenai kehidupan
aku bicara seolah ia mengerti atas apa yang aku ucapkan
walau aku tahu jawaban yang akan kuterima hanya bisik kecil yang hadir saat ia menyentuh atap rumah dan tanah
kala itu aku utarakan apa yang hati dan pikiran ini ingin jeritkan
aku pernah mencintai dan dicintai walau sesaat
sungguh manis sekaligus menyakitkan dan kini aku ungkap semua
dulu aku pernah tersayat oleh manisnya kata dan tajamnya sayatan belai kasih yang diberikannya
aku terbuai dan aku tenggelam begitu dalam hingga tak ada satu cahaya yang dapat menyentuhku, aku tak terlihat dan aku tak terselamatkan
aku ebgitu mabuk dalam romantika kasih yang dibangunnya hingga satu saat istana yang kami bangun runtuh luluh lantak
hatiku memutih dan sedikit demi sedikit memucat hingga akhirnya getas dan mati
air yang dahulu hangat kini membatu penuh kedinginan dan kekerasan yang sulit untuk dilumerkan, dipecahkan bahkan dihancurkan
bertahun tahun sudah matahari berikan cahayanya namun tak satu detikpun dapat kurasakan hangat setelah itu.
beratus hari sudah bulan melintasi malam namun mimpi buruk itu tak kunjung sirna atau bahkan mereda dalam kehadirannya.
aku lelah untuk berpikir dan merasakannya namun seolah ia tak pernah berhenti untuk menggerogoti jengkal demi jengkal langkah yang kubuat, tarikan demi tarikan nafas yang kuhisap, dan masa demi masa yang kulalui.
kini aku lihat ia tersenyum bersama mentari pagi kecil yang menemani kisah hidup bersama siapa yang dipanggilnya pasangan hidup, sedangkan aku….masih saja berkutat dalam pencarian untuk membebaskan jiwa yang terkerangkeng dalam rasa rindu yang dalam.
aku mati dalam kehidupan namun tak pernah hidup dalam kematian
mungkin kesalahanku yang membiarkan bunga itu hidup sebagai edelweis yang tak pernah mengenal kata layu
juga mungkin salahku karena masih terkungkung dalam dunia imajinasi yang tak pernah tahu jalan kemana untuk pergi dariku
juga salahku yang tak tahu kemana harus aku arahkan hati ini, entah pada jurang mana atau pada ladang mana….aku tak tahu
andai saja kalian semua yang terpatri matanya pada kisah ini dapat membantu maka dengan senang hati akan aku picingkan mata dan tegakkan telinga untuk coba hadirkan damai dalam masa sisa hidupku.
aku lemah karena tidak berdaya dan aku bodoh karena ketidaktahuan…entah kapan aku akan dapat memegang sebuah lilin walau kecil untuk sekedar membantu melihat lorong mana yang terbaik untuk dilalui…entah kapan aku akan dapat memberikan sebuah siraman air pada tanah yang telah tandus dan pada tumbuhan yang telah layu…
ini dan itu semua kisahku yang mudah untuk dimengerti namun tak kunjung dapat hantarkan jawaban atas petanyaan hati….jujurkah aku? dan kujawab iya…mampukan aku? dan kujawab mungkin….serta labilkah diriku? maka kujawab tidak.
terima kasih aku utarakan untuk hidup yang pahit dan syukur kupanjatkan atas rasa yang mengekangku…hidupkan aku….tolong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi yg tertarik dgn blog ini mhon komentarnya ya...